Friday, March 8, 2013

Komunikasi Dengan Kelompok Kebutuhan Khusus

BY Populeritas No comments


  • KLIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN

    Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal kornea, lensa mata, kekeruhan humor vitreus, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik persial maupun total.  

    Akibat kerusakan visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan. Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain. Sebagai contoh, ketika melakukan orientasi ruang perawatan, klien harus mendapat keterangan yang memvisualisasi kondisi ruang rawat secara lisan, misalnya, dengan menerangkan letak meja dan kursi, menerangkan berapa langkah posisi tempat tidur dari pintu, letak kamar mandi, dan sebagainya.


    Teknik - teknik yang perlu diperhatikan  :
a.   Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan atau kehadiran perawat ketika Anda berada di dekatnya.
b.      Identifikasi diri Anda dengan menyebutkan nama dan peran Anda.
c.       Berbicara dengan menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkannya menerima pesan non verbal secara visual. Nada suara Anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.
d.   Terangkan alasan Anda menyentuh atau mengucapkan kata kata sebelum melakukan sentuhan pada klien.
e.       Ketika Anda akan meninggalkan ruangan atau hendak memutus komunikasi / pembicaraan, informasikan kepadanya.
f.       Orientasikan klien pada suara suara yang terdengar di sekitarnya.
g.      Orientasikan klien pada lingkungannya bila klien di pindah ke lingkungan yang asing baginya

  • KLIEN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN

    Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf, sedangkan tuli konduktif terjadi akibat kerusakan struktur penghantar rangsang suara
    Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan Anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.

    Berikut adalah teknik teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan pendengaran :
a. Orientasikan kehadiran diri Anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien.
b. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir Anda.
c.   Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim.
d.   Jangan melakukan pembicaraan ketika Anda sedang mengunyah sesuatu ( misalnya makanan atau permen karet )
e.  Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan perlahan.
f.   Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila Anda bisa dan diperlukan.
g. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar ( simbol ).
  
  • KLIEN DENGAN GANGGUAN WICARA

    Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan pita suara, ataupun gangguan persarafan. Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan tulisan atau gambar.


    Pada saat berkomunikasi dengan klien gangguan wicara, hal - hal berikut perlu di perhatikan:
a.       Perawat benar - benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir klien.
b.      Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali kata kata yang diucapkan klien.
c.       Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topik.
d.      Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan.
e.       Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan baik.
f.       Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
g.      Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi lisan dengan klien untuk menjadi mediator komunikasi.
  •  KLIEN YANG TIDAK SADARKetidaksadaran mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik klien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.

    Keadaaan tidak sadar dapat terjadi akibat gangguan organik pada otak, trauma otak yang berat, syok, pingsan, kondisi tidur dan narkose, ataupun gangguan berat yang terkait dengan penyakit tertentu. Seringkali timbul pertanyaan tentang perlu tidaknya perawat berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan kesadaran ini. Bagaimanapun, secara etika penghargaan terhadap nilai nilai kemanusiaan mengharuskan penerapan komunikasi pada klien dengan gangguan kesadaran.
 Pada saat berkomunikasi dengan klien gangguan kesadaran, hal hal berikut perlu diperhatikan:
a. Berhati - hati ketika melakukan pembicaraan verbal dekat klien karena ada kayakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terakhir yang mengalami penurunan penerimaan rangsang pada individu yang tidak sadar dan yang menjadi pertama kali berfungsi pada waktu sadar. Maka perawat harus berhati - hati tidak mengatakan sesuatu pada klien yang tidak sadar atau pada jarak pendengaran, hal hal yang tidak akan mereka katakan pada klien yang sepenuhnya sadar. 
b. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan kita. Usahakan mengucapkan kata dengan menggunakan nada normal dan memperhatikan materi ucapan yang kita sampaikan di dekat klien.
c. Ucapkan kata - kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan penurunan kesadaran
d. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu klien pada komunikasi yang dilakukan. 

  • KLIEN BERBAHASA ASING
    Melakukan komunikasi dengan klien yang berbahsa asing dapat menimbulkan gangguan komuniasi di tingkat kognitif, karena ada perberdaan pengetahuan tentang penguasaan dan perbendaharaan kata serta kultur komunikasi.
 Beberapa hal yang perlu di perhatikan ketika berkomunikasi dengan klien yang mengguanakan bahasa asing, antara lain : 

a.       Usahakan mengguanaka penerjemah ( jika memungkinkan ).
b.      Usahakan menggunakan kamus untuk menerjemahkan kata – kata. 
c.       Usahakan berbicara dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan dengan nada suara normal. 
d.      Usahakan menggunakan gerakan pantomim untuk membantu melakukan komunikasi.


  • KLIEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN RENDAH  ATAU GANGGUAN KEMATANGAN KOGNITIF.Berbagai kondisi dapat mengakibatkan gangguan kematang an kognitif, antara lain akibat penyakit : retardasi mental, syndrome down, ataupun situasi sosial, misal, pendidikan yang rendah, kebudayaan primitif, dan sebagainya.Dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan kematangan, sebaikanya Anda memperhatikan prinsip komunikasi bahwa komunikasi dilakukan dengan pendekatan komunikasi efektif, yaitu mengikuti kaidah sesuai kemampuan audience (capability of audience) sehingga komunikasi dapat berlangsung lebih efektif.

    Komunikasi dengan klien yang mengalami gangguan kematangan kognitif :
  1. Berbicara dalam tema yang jelas dan terbatas. 
  2. Hindari menggunakan istilah yang membingungkan klien, usahakan menggunakan kata pengganti yang lebih mudah dimengerti, contoh, atau  gambar dan simbol
  3.  Berbicaralah dengan menggunakan nada yang relatif datar dan pelan.
  4.  Apabila perlu, lakukan pengulangan dan tanyakan kembali pesan untuk memastikan kembali maksud pesan sudah diterima.
  5.  Berhati - hatilah dalam menggunakan teknik komunikasi non verbal karena dapat menimbulkan interprestasi yang berbeda pada klien.


    DAFTAR PUSTAKA
Potter and Perry. 2005. Fundamental Keperwatan, hal 331 – 332. Jakarta : EGC.
Tamsuri, Anas, 2006. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

0 comments: